3 Macam Slot Alternatif Indonesia Di Dunia Dan Di Indonesia Adalah
Macam-macam binatang buas yang pertama dan ada di Indonesia adalah Komodo. Dikenal secara ilmiah sebagai Varanus komodoensis, Komodo adalah kadal terbesar di dunia. Beberapa komodo terbesar berukuran lebih dari 3 meter (10 kaki) panjangnya dan beratnya sekitar 158 kilogram.
Tetapi umumnya panjangnya berkisar antara 1,5 hingga 2,6 meter dan beratnya 68 hingga 113 kilogram. Komodo juga bisa berjalan dengan kecepatan 25 km per jam.
Komodo berasal dari Indonesia, khususnya spesies ini dilindungi, karena mereka rentan punah. Tetapi, saat datang untuk melihat komodo, manusia juga harus diberi perlindungan. Karena makhluk ini merupakan makhluk paling berbahaya di dunia dengan cakar dan rahang yang kuat, gigi yang tajam, dan sisik yang tebal bak berlapis baja.
Makanan komodo berkisar dari mangsa besar seperti kerbau hingga ular, burung, mamalia kecil, dan bangkai. Sementara komodo tidak benar-benar menyerang manusia hanya karena mereka tidak bersentuhan dengan mereka, mulut mereka memiliki racun yang terdiri dari protein beracun.
Satu gigitan dari komodo dapat menyebabkan infeksi serius dan bahkan mengarah pada kemungkinan mengamputasi area yang terinfeksi.
Timnas Indonesia menang 2-0 atas Arab Saudi pada pertandingan lanjutan Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Selasa (19/11) malam. Ini menjadi kemenangan pertama Indonesia di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Setelah tiga kali meraih hasil imbang beruntun, lalu kalah di dua laga terakhir berturut-turut Indonesia akhirnya berhasil meraih kemenangan pertama di Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kepastian itu didapat usai Indonesia menang 2-0 atas Arab Saudi. Dua gol kemenangan Indonesia atas Arab Saudi diborong Marselino Ferdinan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenangan ini membuat posisi Indonesia di klasemen Grup C langsung melesat. Indonesia yang berada di posisi juru kunci naik ke peringkat ketiga klasemen Grup C menggeser Arab Saudi.
Jay Idzes dan kawan-kawan saat ini mengemas enam poin dari enam pertandingan yang telah dijalani.
Sebaliknya, kekalahan dari Indonesia membuat Arab Saudi turun ke posisi keempat klasemen Grup C dengan mengantongi enam poin dari enam pertandingan yang dijalani.
Kemenangan atas Arab Saudi sekaligus menjaga peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026 baik lolos langsung dengan finis di posisi dua teratas Grup C, maupun lolos ke ronde keempat dengan finis di peringkat ketiga dan keempat pada klasemen akhir Grup C nanti.
Kini Indonesia masih memiliki empat pertandingan lagi di Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Indonesia akan menghadapi Australia pada 20 Maret di Australia. Kemudian Indonesia akan menjamu Bahrain pada 25 Maret di Stadion GBK.
Lalu Indonesia akan menjamu China di GBK pada 5 Juni. Terakhir, Indonesia akan bertandang ke Jepang pada 10 Juni 2025 mendatang.
Sejarah Uang – Grameds pasti sudah tidak asing dengan keberadaan uang. Yap, uang berapapun nominalnya itu, telah menjadi alat dalam sistem transaksi jual beli yang dilakukan antar manusia. Seseorang tidak mungkin mendapatkan uang dari usahanya sendiri saja, sebab manusia adalah makhluk sosial, maka dalam memperoleh uang pun juga diiringi dengan interaksi bersama manusia lain.
Berbicara mengenai sejarah uang, pasti Grameds tahu bahwa sebelum uang itu ada, orang-orang pada zaman dahulu menggunakan sistem barter untuk proses transaksi jual beli ini. Meskipun sebenarnya, sistem barter ini masih banyak dilakukan terutama di pedesaan, dengan saling menukarkan bahan-bahan sembako dan berbagai jenis sayuran.
Keberadaan uang saat ini ternyata sudah berkembang lho seiring dengan perkembangan zaman. Tak jarang, masyarakat sudah banyak yang beralih ke dompet digital yang tentu saja uang di dalamnya berbentuk digital.
Lalu, bagaimana sih sejarah uang itu? Mengapa sistem barter digantikan begitu saja oleh uang sebagai alat transaksi jual beli? Apa yang dimaksud dengan uang digital?
Nah, supaya Grameds memahami akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!
Sejarah Uang Pada Bangsa Persia
Pada bangsa Persia, mereka mengadopsi percetakan uang dari bangsa Lydia setelah melakukan upaya penyerangan terhadap Kerajaan Lydia di tahun 546 SM. Awalnya, uang dicetak dalam bentuk persegi empat, kemudian mereka mengubahnya menjadi bentuk bundar dan di atasnya diukir gambar tempat peribadatan.
Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Sejarah Uang
Apakah Sobat Shopee pernah bermain sepak bola? Bola basket? atau Voli? Ya, itu adalah beberapa contoh permainan bola besar yang sering dimainkan di seluruh dunia.
Mengutip dari sumber terpercaya, permainan bola besar adalah salah satu cabang olahraga yang dilakukan secara berkelompok. Alat utama yang digunakan adalah bola berdiameter lebih dari 50 cm.
Rata-rata, permainan ini membutuhkan tenaga yang ekstra dan kekuatan fisik yang baik. Lantas, apa saja sih beberapa yang paling sering dimainkan di seluruh dunia?
Baca Juga: 12 Teknik Dasar Bola Voli yang Harus Diketahui Pemula
Sejarah Uang di Berbagai Bangsa
Saat ini kita tengah membicarakan tentang sejarah uang, maka tidak afdol rasanya apabila tidak membahas sejarah uang yang ada di berbagai bangsa di dunia. Yuk simak ulasan berikut!
Sejarah Uang pada Bangsa Mesir Kuno
Zaman Mesir Kuno itu terbagi menjadi dua fase yakni Kerajaan Mesir Lama (3000 SM) dan Kerajaan Mesir Pertengahan (2160-1788 SM). Pada kala itu, yang dijadikan sebagai alat tukar adalah emas.
Sejumlah suku di pedalaman telah mengenal emas menjadikannya sebagai alat budaya, khususnya sebagai perlengkapan persembahan spiritual kuno. Bahkan, mereka juga memakamkan Raja Tutankhamen dalam sebuah peti emas.
Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
Dahliana, Difi. Sejarah Uang.
Sejarah Uang Pada Bangsa Yunani
Bangsa Yunani menjadikan emas dan perak batangan sebagai komoditas dalam bertransaksi, sampai masa dimulainya pencetakan uang sekitar tahun 406 SM.
Pada Masa Orde Baru
Pada masa ini, uang yang diterbitkan adalah seri Sudirman. Terdiri atas pecahan Rp1.00, Rp2½.00, Rp5.00, Rp10.00, Rp25.00, Rp50.00, Rp100.00, Rp500.00, Rp1.000 Rp5.000 dan Rp10.000.
Uang terbitan masa orde baru ini ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia, Radius Prawiro dan Direktur Bank Indonesia, Suksmo B Martokoesoemo. Namun, pada tanggal 23 Agustus 1971, justru terjadi devaluasi mata uang Rupiah sebesar 10%. Hal tersebut mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS naik, yang awalnya Rp378.00 menjadi Rp415.00.
Pada tahun 1975, terdapat seri baru yang dirilis dan diedarkan di masyarakat Indonesia. Yakni nominal Rp1.000 dengan gambar Pangeran Diponegoro, nominal Rp5.000 dengan gambar nelayan, dan nominal Rp10.000 dengan gambar relief Candi Borobudur.
Masing-masing dari seri baru tersebut ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia, Rachmat Saleh dan Direktur Bank Indonesia, Suksmo B Martokoesoemo.
Pada tahun ini, seri baru dari mata uang Rupiah mulai dicetak dan diedarkan lagi, yakni berupa:
Pada tahun ini, terbit seri terbaru yakni dengan nominal Rp50.000 dengan gambar Presiden Soeharto. Bahan yang digunakan dalam mencetak uang tersebut adalah plastik polymer dengan pengaman “Holografis” Soeharto, bukan watermark yang biasa digunakan.
Sejarah Uang pada Bangsa Lydia
Bangsa Lydia berada di sebuah daerah kuno di Asia Kecil, yang saat ini menjadi bagian sebuah provinsi di Turki. Dipercaya bahwa kemunculan uang itu dicetuskan oleh bangsa Lydia ini, karena kala itu mereka kesulitan dengan adanya sistem barter ketika tengah bertransaksi jual beli, kemudian memberikan ide untuk membuat uang.
Mengenal Apa Itu Sistem Barter?
Sebelum membicarakan tentang sejarah uang, akan lebih baik apabila Grameds memahami apa sih sistem barter itu.
Barter adalah sistem transaksi yang pertama kali digunakan para manusia, sebab pada zaman dahulu, manusia belum mengenal apa itu uang. Sistem transaksi barter ini berupa pertukaran antara barang dengan barang, jasa dengan jasa, barang dengan jasa, atau bahkan sebaliknya.
Pada masa lalu, orang atau sekelompok orang sudah merasa bahwa mereka membutuhkan sesuatu yang dihasilkan oleh pihak lain. Selain itu, populasi orang juga semakin meningkat, menyebabkan mereka harus memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama dengan “menggunakan” barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh pihak lain.
Maka dari itu, muncullah ide untuk saling menukarkan barang atau jasa. Syarat utama dari pelaksanaan sistem barter ini adalah harus ada orang yang ingin saling menukar barang atau jasa, dan mereka harus saling membutuhkan.
Namun, seiring perjalanannya, sistem barter justru menemui berbagai kendala, diantaranya:
Contohnya, 12 buah jeruk seharusnya memiliki nilai yang sama dengan berapa satu kilogram gandum, tetapi orang-orang belum dapat menentukan standar tersebut sehingga mereka asal-asalan menukarnya.
Kelemahan dari sistem barter adalah ketika hendak bertransaksi, harus ada dua belah pihak yang memiliki barang yang dibutuhkan satu sama lain. Contohnya, ada seseorang yang memiliki gandum, dirinya hendak menukarkan gandum tersebut dengan buah semangka. Itu berarti, dirinya harus mencari seseorang yang mempunyai buah semangka yang sekaligus tengah membutuhkan gandum.
Apabila ternyata pemilik semangka tidak menginginkan gandum tersebut, maka transaksi barter menjadi batal.
Contohnya, ada seseorang yang memiliki seekor ayam dan ingin menukarkannya dengan sebuah meja. Sementara seekor ayam tersebut hanya bernilai sama dengan separuh meja saja. Maka pemilik meja akan kesulitan untuk memecah atau membagi meja tersebut menjadi nilai yang sesuai.
Terutama pada barang yang memiliki jumlah banyak atau ukuran besar, maka pemilik barang tersebut akan kesulitan dalam membawa hartanya kesana-kemari. Belum lagi, harus menemukan orang yang mau setuju untuk menukarkan barangnya tersebut.
Terlebih lagi apabila barang yang hendak ditukar adalah buah-buahan, pasti akan cepat membusuk. Apabila sudah busuk, pasti sudah tidak bisa dijadikan sebagai alat bertransaksi.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, muncullah beberapa pemikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar. Benda-benda tersebut biasanya adalah yang dapat diterima oleh umum, memiliki nilai tinggi, dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer. Contohnya adalah garam, emas, kulit hewan, batu-batuan berharga, logam, kulit pohon, hingga kerang yang memiliki bentuk indah.
Pada zaman Romawi kuno, mereka menggunakan garam sebagai alat tukar dan alat pembayaran upah. Sementara itu pada bangsa Arab, mereka menggunakan unta dan kambing sebagai alat bertransaksi. Ada lagi di masyarakat Tibet yang menggunakan teh-teh ikat sebagai alat tukar.
Meskipun pemikiran ini tergolong lebih maju daripada sistem barter, tetap saja terdapat kelemahan yang menjadikan masa uang barang ini semakin lama semakin berganti. Beberapa permasalahan yang muncul dari penggunaan uang barang ini antara lain:
Atas adanya kelemahan-kelemahan yang didapatkan dari masa uang barang tersebut, memunculkan ide baru untuk menciptakan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar sistem transaksi sebab memiliki nilai yang tinggi, tahan lama, tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dibawa. Logam yang biasa dipakai sebagai alat transaksi pada era ini adalah emas dan perak.
Pada zaman itu, suatu negara akan dianggap telah mempraktikkan sistem uang emas apabila negaranya telah memiliki standar emas dalam proses transaksi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya transaksi perdagangan, maka akan memberikan keuntungan bagi masyarakat, sehingga harta mereka juga makin meningkat.
Nah, mereka akhirnya memikirkan sebuah tempat yang aman untuk menitipkan uang-uang logamnya ke tempat tersebut, karena takut akan risiko pencurian. Biasanya, mereka akan menyimpannya di tukang emas atau pemuka agama.
Pihak-pihak yang dijadikan sebagai tempat “titipan” itu akhirnya memberikan mereka akta berbentuk kertas yang berisikan janji pihak penerima titipan. Akta-akta ini mendapatkan sambutan baik karena diterbitkan oleh seseorang atau lembaga yang mempunyai reputasi keuangan yang terpandang di suatu negara. Kemunculan akta-akta inilah yang menjadi pencetus dalam kemunculan sistem uang kertas.
Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh terhadap adanya akta perjanjian yang diterbitkan lembaga keuangan, justru menjadikannya sebagai alat yang masuk ke dalam peredaran transaksi. Jadi, dapat disebut bahwa akta-akta ini bernilai sama dengan uang dan bahkan digunakan secara langsung untuk membeli barang atau jasa.
Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat menjadi tidak lagi menggunakan emas secara langsung ketika tengah bertransaksi. Sebagai gantinya, mereka akan menjadikan akta tersebut sebagai alat tukar.
Uang digital tentu saja akan muncul seiring berkembangnya teknologi. Untuk menyelesaikan transaksi ekonomi, banyak pihak yang enggan untuk membawa uang tunai. Mereka lebih suka menyimpannya di dalam rekening bank atau bahkan melakukan top-up, yakni dengan menukarkan uang tunai mereka menjadi bentuk digital.
Penggunaan uang digital ini justru lebih efisien, sebab dapat mudah dibayarkan melalui internet, sms, hingga mobile banking. Uang digital yang saat ini tengah populer misalnya ShopeePay, Dana, Ovo, hingga GoPay.